Senin, 07 Mei 2012

Kuriding


Kuriding adalah sebuah alat musik khas Kalimantan Selatan. Kuriding dimainkan oleh seniman dari etnis Bakumpai maupun Banjar. Kuriding dibuat dari enau atau kayu mirip ulin yang hanya ada di daerah Muara Teweh, Barito Utara.


Cara memainkan Kuriding adalah tangan kiri memegang tali pendek melingkar yang menahan bilah kayu itu agar menempelkan di mulut.Tangan kanan menarik-narik tali panjang yang diikat pada ujung bilah sebelahnya. Terdengar seperti suara angin menderu-deru, diiringi bunyi menghentak-hentak berirama teratur.

Deru angin itu muncul dari tiupan mulut pemain Kuriding, sedangkan bunyi menghentak-hentak dari tarikan tangan kanan…Alat musik Kuriding diketahui melalui lagu Ampat Lima yang salah satu liriknya adalah "ampat si ampat lima ka ai, Kuriding patah,.." tapi jarang ada yang melihat bentuk alat itu apalagi orang memainkannya.

Tangan kiri digunakan untuk memegang tali pendek melingkar yang menahan bilah kayu itu agar menempel di mulut. Sedangkan tangan kanan digunakan untuk menarik-narik tali panjang yang diikat pada ujung bilah sebelahnya. Maka akan terdengarlah seperti suara angin menderu-deru, diiringi bunyi menghentak-hentak berirama teratur.




Saat ini untuk mencari orang yang bisa bermain kuriding sudah langka. Apalagi tingkat kesulitan menguasai alat cukup tinggi.

Bahan membuat kuriding dari terbuat dari Enau, atau kayu mirip ulin yang hanya ada di daerah Muara Teweh, Barito Utara. Sesulit memainkannya, alat kuriding juga sulit dibuat meskipun tampak sederhana. 

Apabila salah saat membuatnya maka dapat membahayakan pemain, makanya lagu Kuriding patah itu benar adanya. Sebab, kuriding bisa patah ketika dimainkan dan berakibat membahayakan pemainnya. Melihat kenyataan demikian generasi muda kini susah belajar bermain musik tradisional Kuriding.


Lirik Lagu "Ampat Lima" yang memuat "Kuriding"


Ampat si ampat lima ka ay

kuriding patah
patah sabilah, patah sabilah,
di higa lawang
Ampat si ampat lima ka ay
'ku tanding sudah
kada manyama, kada manyama,
nang baju habang


Jadi, Guriding atau Kuriding ini adalah alat musik tradisional asli buatan nenek moyang orang Banua, Kalimantan Selatan. Kuriding terbuat dari bambu atau kayu, berbentuk kecil, dan memiliki alat getar (tali) serta tali penarik. dimainkan dengan cara ditempelkan di bibir sambil menarik gagang tali getar. Bunyi akan muncul ketika tali getar bergetar. Dan bunyi akan terdengar merdu jika sang pemain dapat menarik tali dengan ritme tertentu. 


Mitos asal-usul menarik untuk disimak. Dikisahkan Guriding adalah milik seekor macan di hutan Kalimantan Selatan. Suatu ketika, sang macan meminta anaknya untuk memainkan guriding. Namun, sang anak justru mati karena tenggorokannya tertusuk guriding. 

Akibatnya sang macan mewanti-wanti agar anak keturunannya tidak lagi memainkan guriding. Dalam perkembangannya, mitos ini menjadi dasar mitos masyarakat Banjar membunyikan guriding, yakni sebagai alat ampuh untuk mengusir macan. Mereka juga menggantungkan atau meletakkannya di atas tempat tidur anak-anak mereka

Dalam kehidupan sosial dan budaya orang Banjar, guriding memiliki fungsi guna yang beragam, yaitu sebagai alat untuk pelipur lara di kala sepi dan melepas lelah usai bekerja di kebun atau hutan, sebagai alat untuk mengingatkan mereka akan leluhur, dan sebagai media yang disakralkan. 

Fungsi-fungsi ini masih dipercaya oleh masyarakat hingga kini. Akan tetapi mereka sudah jarang memainkan atau menyimpannya, kecuali mereka yang masih peduli dengan budaya tradisi. 


Keberadaan guriding saat ini sangat memprihatinkan, bahkan hampir punah. saat ini hanya dimainkan oleh generasi tua yang tinggal di perkampungan. generasi muda sudah enggan memainkan guriding Selain dianggap sudah ketinggalan zaman, para generasi muda banua lebih suka memainkan alat musik modern, seperti gitar, mendengarkan musik dari radio atau telpon genggam. 

Kuriding atau Guriding merupakan peninggalan leluhur yang telah turut menyumbang kekayaan budaya Banjar mestinya dipelihara. Mengingat keberadaannya yang memprihatinkan, maka ini menjadi satu pekerjaan rumah tersendiri bagi Pemerintah Daerah (Pemda) dan para pemerhati budaya Banua untuk menyelamatkan guriding dari kepunahan. 




Tidak ada komentar:
Write komentar