Balogo merupakan salah satu nama jenis permainan tradisional suku Banjar di Kalimantan Selatan. Permainan ini dilakukan oleh anak-anak sampai dengan remaja dan umumnya hanya dimainkan kaum pria.
Nama permainan balogo diambil dari kata logo, yaitu bermain dengan menggunakan alat logo. Logo terbuat dari bahan tempurung kelapa dengan ukuran garis tengah sekitar 5-7 cm dan tebal antara 1-2 cm dan kebanyakan dibuat berlapis dua yang direkatkan dengan bahan aspal atau dempul supaya berat dan kuat. Bentuk alat logo ini bermacam-macam, ada yang berbentuk bidawang (bulus), biuku (penyu), segitiga, bentuk layang-layang, daun dan bundar.
Dalam permainannya, kita harus dibantu dengan sebuah alat yang disebut panapak atau kadang-kadang beberapa daerah ada yang menyebutnya dengan campa ,yakni stik atau alat pemukul yang panjangnya sekitar 40 cm dengan lebar 2 cm. Fungsi panapak atau campa ini adalah untuk mendorong logo agar bisa meluncur dan merobohkan logo pihak lawan yang dipasang saat bermain.
Permainan balogo ini bisa dilakukan satu lawan satu atau secara beregu. Jika dimainkan secara beregu, maka jumlah pemain yang “naik” (yang melakukan permainan) harus sama dengan jumlah pemain yang “pasang”
(pemain yang logonya dipasang untuk dirobohkan) Jumlah pemain beregu minimal 2 orang dan maksimal 5 orang. Dengan demikian jumlah logo yang dimainkan sebanyak jumlah pemain yang disepakati dalam permainan.
Cara memasang logo ini adalah didirikan berderet ke belakang pada garis-garis melintang. Karenanya inti dari permainan balogo ini adalah keterampilan memainkanlogo agar bisa merobohkan logo lawan yang dipasang. Regu yang paling banyak dapat merobohkan logo lawan, mereka itulah pemenangnya.
Sebagai akhir permainan, pihak yang menang disebut dengan “janggut” dan boleh mengelus-elus bagian dagu atau jenggot pihak lawan yang kalah sambil mengucapkan teriakan “janggut-janggut” secara berulang-ulang yang tentunya membuat pihak yang kalah malu, tetapi bisa menerimanya sebagai sebuah kekalahan.
Mamang dalam permainan balogo :
“santuk kilan bela (muka) patah cempa sekali lagi “
Permainan balogo ini masih populer dimainkan di masyarakat Banjar hingga tahun 80-an. Sampai akhirnya dikalahkan oleh permainan elektronik modern.
Dalam menentukan pemenang dalam permainan ini juga sangat bervariasi, tergantung kesepakatan dari masing-masing pemainnya. Namun yang lazimnya, dimainkan dengan cara menjatuhkan logo yang dipasang dengan cara didirikan oleh lawan main.
Jarak antara mereka pun tidak ditentukan, sesuai dari kesepakatan mereka sendiri. Semakin hebat pemain logo, semakin sering pula dia mengenai dan menjatuhkan logo lawannya.
Selain itu, juga ada yang dimainkan dengan cara mengadu logonya hingga logonya pecah. Siapa yang bisa memecahkan logo lawannya, maka dialah yang menjadi pemenangnya.
Pamong Budaya Madya Banjar, Drs Mukhlis Maman mengatakan, semakin berat sebuah logo, maka akan semakin baik saat dimainkan.
"Semakin berat logo, semakin mudah dimainkan karena tidak akan melayang. Selain itu makin berat, biasanya juga akan lebih kuat," ujarnya.
Menurutnya, agar lebih kuat, biasanya logo dilapisi dengan aspal. Bagian tempurung yang dibuat untuk logo adalah bagian tempurung yang mengenai uratnya.
Balogo ini bisa dimainkan oleh siapa saja dan semua umur. Baik anak-anak, remaja hingga dewasa. Namun biasanya balogo ini, dimainkan oleh pria.
Seiring dengan perkembangan zaman yang serba modern ini, permainan balogo sepertinya sudah mulai tersisihkan dan terlupakan. balogo sudah tidak pernah lagi dimainkan dalam masyarakat Banjar.
Tidak ada komentar:
Write komentar