Hai semuanya, pada kenal kan sama B.J Habibie?? Mantan presiden kita dan salah satu idola saya loh. Sayang cuma bisa sebentar memimpin Indonesia. Orang pintar dan jenius saja gak bisa bersaing didunia politik Indonesia, seram juga ya. Yah, orang pintar dan jenius mungkin gak begitu dihargai dan dibenci dalam dunia politik atau dalam negeri sendiri, buktinya orang orang pintar dari Indonesia lebih banyak yang sukses di luar negeri.
Nah, berikut adalah biografi dan perjalanan hidup B.J Habibie, selamat membaca ya
Presiden ketiga Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Beliau merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo. Habibie yang menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 ini dikaruniai dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.
Masa kecil Habibie dilalui bersama saudara-saudaranya di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Sifat tegas berpegang pada prinsip telah ditunjukkan Habibie sejak kanak-kanak. Habibie yang punya kegemaran menunggang kuda ini, harus kehilangan bapaknya yang meninggal dunia pada 3 September 1950 karena terkena serangan jantung. Tak lama setelah bapaknya meninggal, Habibie pindah ke Bandung untuk menuntut ilmu di Gouvernments Middlebare School. Di SMA, beliau mulai tampak menonjol prestasinya, terutama dalam pelajaran-pelajaran eksakta. Habibie menjadi sosok favorit di sekolahnya.
Setelah tamat SMA di bandung tahun 1954, beliau masuk Universitas Indonesia di Bandung (Sekarang ITB). Beliau mendapat gelar Diploma dari Technische Hochschule, Jerman tahun 1960 yang kemudian mendapatkan gekar Doktor dari tempat yang sama tahun 1965. Habibie menikah tahun 1962, dan dikaruniai dua orang anak. Tahun 1967, menjadi Profesor kehormatan (Guru Besar) pada Institut Teknologi Bandung.
Langkah-langkah Habibie banyak dikagumi, penuh kontroversi, banyak pengagum namun tak sedikit pula yang tak sependapat dengannya. Setiap kali, peraih penghargaan bergengsi Theodore van Karman Award, itu kembali dari “habitat”-nya Jerman, beliau selalu menjadi berita. Habibie hanya setahun kuliah di ITB Bandung, 10 tahun kuliah hingga meraih gelar doktor konstruksi pesawat terbang di Jerman dengan predikat Summa Cum laude. Lalu bekerja di industri pesawat terbang terkemuka MBB Gmbh Jerman, sebelum memenuhi panggilan Presiden Soeharto untuk kembali ke Indonesia.
Di Indonesia, Habibie 20 tahun menjabat Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT, memimpin 10 perusahaan BUMN Industri Strategis, dipilih MPR menjadi Wakil Presiden RI, dan disumpah oleh Ketua Mahkamah Agung menjadi Presiden RI menggantikan Soeharto. Soeharto menyerahkan jabatan presiden itu kepada Habibie berdasarkan Pasal 8 UUD 1945. Sampai akhirnya Habibie dipaksa pula lengser akibat referendum Timor Timur yang memilih merdeka. Pidato Pertanggungjawabannya ditolak MPR RI. Beliau pun kembali menjadi warga negara biasa, kembali pula hijrah bermukim ke Jerman.
Sebagian Karya beliau dalam menghitung dan mendesain beberapa proyek pembuatan pesawat terbang :
* VTOL ( Vertical Take Off & Landing ) Pesawat Angkut DO-31.
* Pesawat Angkut Militer TRANSALL C-130.
* Hansa Jet 320 ( Pesawat Eksekutif ).
* Airbus A-300 ( untuk 300 penumpang )
* CN - 235
* N-250
* dan secara tidak langsung turut berpartisipasi dalam menghitung dan mendesain:
• Helikopter BO-105.
• Multi Role Combat Aircraft (MRCA).
• Beberapa proyek rudal dan satelit.
Sebagian Tanda Jasa/Kehormatannya :
* 1976 - 1998 Direktur Utama PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara/ IPTN.
* 1978 - 1998 Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia.
* Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi / BPPT
* 1978 - 1998 Direktur Utama PT. PAL Indonesia (Persero).
* 1978 - 1998 Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam/ Opdip Batam.
* 1980 - 1998 Ketua Tim Pengembangan Industri Pertahanan Keamanan (Keppres No. 40, 1980)
* 1983 - 1998 Direktur Utama, PT Pindad (Persero).
* 1988 - 1998 Wakil Ketua Dewan Pembina Industri Strategis.
* 1989 - 1998 Ketua Badan Pengelola Industri Strategis/ BPIS.
* 1990 - 1998 Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim se-lndonesia/lCMI.
* 1993 Koordinator Presidium Harian, Dewan Pembina Golkar.
* 10 Maret - 20 Mei 1998 Wakil Presiden Republik Indonesia
* 21 Mei 1998 - Oktober 1999 Presiden Republik Indonesia
Ketika beliau pergi haji akhir tahun 1982, mendapatkan pujian, “Habibie, dunia ini tidak tuli dan buta. Bahwa, didunia ini terdapat ilmuwan muslim yang mengangkat nama Islam dimata dunia dengan prestasi dan progresifitas.”
-Pengeran Sultan Abdul Aziz (Saudi Arabia)-
Perjalanan Hidup Prof. Dr. Ing. Bj. Habibie
Siapa yang tak kenal dengan ilmuwan Islam di abad modern ini, manusia pintar, genius dan mungkin diantara 130 juta penduduk Indonesia. Berbagai ilmu eksakta, sosial, politik dan aeronik telah dikuasai walaupun secara otodidaks maupun akademik.
Perjalan hidup B.J. Habibie merupakan pelajaran hidup seorang ilmuwan tanah air yang sukses dimata dunia bukan hanya fiktif ataupun rekayasa melainkan realitas yang nyata dan fakta. Oleh sebab itu pada rubrik ini kita akan mengetahui, siapakah BJ. Habibie? Bagaimanakah beliau mendapatkan prestasi yang gemilang dimata dunia? Faktor apakah yang mendasari kesuksesan beliau baik di Indonesia maupun dirantau?
Bj. Habibie lahir di Pare-Pare tepatnya provinsi Ujung Pandang pada tanggal 25 Juni 1936 dengan nama lengkap Bacharuddin Jusuf Habibie, putra Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A Tuti Marini Puspowardojo, beliau merupakan anak ke-4 dari delapan bersaudara, sejak kecil beliau telah membangun begron masa depannya yang cemerlang baik dari segi spiritual maupun intelektual.
Belajar, membantu orang tua, mengaji dan shalat merupakan rutinitas sehari-hari yang tak pernah ditinggalkan. Oleh sebab itu, sejak duduk di bangku sekolah beliau adalah murid yang jenius, ramah, sopan dan tidak sombong. Sehingga pelajaran eksakta yang sulit seperti, matematika, fisika, kimia, stereo dan geneo dalam sekejap dapat diselesaikan dengan nilai yang baik sekali.
Namun sejak 3 September 1950, bapak beliau meninggal karena mengalami serangan jantung ketika menunaikan shalat Isya’. Dengan perasaan duka yang mendalam R.A Tuti Marini menadahkan tangan kepada Allah untuk meminta ketabahan dalam menghadapi hari-hari selanjutnya. Setelah beberapa saat setelah kematian suaminya beliau langsung memutuskan kepada anak laki-laki pertamanya yaitu Habibie untuk pindah ke Jawa (Bandung) agar dapat meneruskan pendidikannya.
Tetapi jauh dari kehidupan anaknya yang rajin dan tekun belajar, Ny. R.A Tuti Marini tidak merasa tenang, sehingga memutuskan untuk meninggalkan Ujung Pandang sekeluarga untuk transmigrasi ke Bandung dengan menjual rumah dan kendaraannya. Selama menjadi mahasiswa di ITB Habibie memang banyak tertarik dibidang aeromodeling atau model pesawat terbang yang ia buat sendiri.
Menjadi Mahasiswa di Aachean
Pada tahun lima puluhan, belajar diluar negeri masih merupakan hal yang langka, baik dengan beasiswa pemerintah maupun biaya sendiri. Tetapi Ny. R. A Tuti Marini sudah bertekad kepada anak-anaknya untuk melanjutkan pendidikan semaksimal kemampuannya, termasuk keluar negeri B.J. Habibie mendengar sendiri malam ketika ayahnya meninggal, ibunya yang waktu itu mengandung delapan bulan berteriak-teriak dan bersumpah di depan jasad Alwi Jalal Habibie suaminya, bahwa cita-cita suaminya terhadap pendidikan anak-anaknya akan diteruskan. Itulah yang membuat Habibie tidak heran ketika diajak runding ibunya. “Nak, kamu sudah saya dapatkan beasiswa untuk keluar negeri. Sudah ada izin dari P dan K, katanya.”
Kebetulan pada suatu hari ia bertemu dengan Kenkie (Laheru) temannya di ITB. Laheru mengatakan ia akan pergi ke Jerman melanjutkan pendidikan. B.J. Habibie langsung menyatakan bahwasannya ia juga berniat, tetapi bagaimana bisa memperoleh izin dan visa ? Laheru menjawab, sementara ini yang paling penting adalah menghubungi kementerian perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan Jakarta.
Beliau langsung berangkat ke Jakarta dan menemui petugas yang berwenang. Waktu itu beliau ditanya jurusan apa yang paling dikuasai? Beliau menjawab fisika yang termasuk jurusan aeronautika atau intruksi pesawat terbang.
Ibu beliau mengirim Habibie keluar negeri dengan alasan, Saya memilih Habibie karena anak itu kelihatan lebih serius dalam hal belajar. Sampai-sampai dibalik pintupun ia bisa membaca buku dengan asyiknya. Sebetulnya, adiknya ada yang ingin melanjutkan sekolah ke luar negeri tapi bagaimana lagi waktu itupun, saya harus melepas seluruh uang tabungan, dan sebagai janda saya tidak memiliki koneksi, sehingga terpaksa saya harus berjuang sendiri demi anak.”
Ketika sampai di Jerman, beliau sudah bertekad untuk sunguh-sungguh dirantau dan harus sukses, dengan mengingat jerih payah ibunya yang membiayai kuliah dan kehidupannya sehari-hari. Sebelum berangkat ke Jerman, beliau bertemu Prof. Dr. Muhammad Yamin selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, yang waktu itu mengelus-ngelus kepalanya dan berkata, “Kamu inilah harapan bangsa.” Nasehat tersebut merupakan ujian yang harus dilalui dengan sukses oleh B .J. Habibie.
Hidup di Rantau
Beberapa tahun kemudian, pada tahun 1955 di Aachean, 99% mahasiswa Indonesia yang belajar di sana diberikan beasiswa penuh. Hanya beliaulah yang memiliki paspor hijau atau swasta dari pada teman-temannya yang lain.
Musim liburan bukan liburan bagi beliau justru kesempatan emas yang harus diisi dengan ujian dan mencari uang untuk membeli buku. Sehabis masa libur, semua kegiatan disampingkan kecuali belajar. Berbeda dengan teman-temannya yang lain, mereka; lebih banyak menggunakan waktu liburan musim panas untuk bekerja, mencari pengalaman dan uang tanpa mengikuti ujian.
Dalam kelas-kelas yang diikutinya Habibie kadang-kadang menarik perhatian. Pernah suatu hari Habibie mengikuti kuliah yang diberikan oleh Prof. Ebner, tetapi karena terlambat beberapa menit ia masuk ruangan kuliah dengan berhati-hati. Kira-kira setengah jam kemudian, Prof. Ebner berhenti dan menanyakan kepada mahasiswa apakah ada yang belum jelas ataupun bertanya. Tiba-tiba beliau angkat bicara dengan langsung mendebat, sehingga suasana mulai berubah. Dan semakin lama perdepatanpun semakinseru, sampai akhirnya semua mahasiswa satu persatu meninggalkan tempat karena makin panjangnya perdebatan.
Disamping aktif menjadi mahasiswa jurusan aeronik, ternyata kiprah Habibie dalam dunia sosial sangat bagus, beliau mengadakan seminar PPI yang mengupas masalah pembangunan, politik, ekonomi serta sosial di Indonesia.pada tahun 1959 dengan penuh perjuangan dan usaha yang tidak mudah, sehingga beberapa perusahaan beliu kunjungi untuk meminta dana dari proposal yang beliau buat sendiri. Seminar tersebut diikuti oleh seluruh mahasiswa dan mahasiswi Indonesia yang berdomisili di Eropa.
Sementara seminar terealisasikan, beliau terkapar sakit dan mendekam di klinik universitas Bonn dikarenakan serangan influenza yang virus-virusnya masuk ke jantung. Sehingga selama 24 jam, dalam keadaan tidak sadar tiga kali dikembalikan kekamar mayit dari bangsal biasa. Namun, Allah masih memberikan kesempatan bagi beliau untuk meneruskan perjuangannya, dan saat sadar beliau menciptakan sajak, yaitu:
Sajak ini, mengisahkan tekad dan kepasrahannya dalam mengabdi untuk mencapai kemakmuran bangsa bukan untuk dilihat orang tetapi merupakan kewajiban generasi bangsa baik individu maupun kelompok.
Memang tekad suci dan kuat, serta tujuan belajar serta hidup yang suci menjadi dasar kesuksesan beliau dalam bidang akademik. Sehingga pada tahun 1960 meraih gelar Diploma Ing., dengan nilai Cumlaude atau dengan angka rata-rata 9,5. Dengan gelar insinyur, beliau mendaftar diri untuk bekerja di Firma Talbot, sebuah industri kereta api Jerman. Pada saat itu Firma Talbot membutuhkan sebuah wagon yang bervolume besar untuk mengangkut barang-barang yang ringan tapi volumenya besar. Talbot membutuhkan 1000 wagon.
Mendapat persoalan seperti itu, Habibie mencoba mengaplikasikan cara-cara kontruksi membuat sayap pesawat terbang yang ia terapkan pada wagon dan akhirnya berhasil.
Sedangkan pada tahun 1965 Habibie mendapatkan gelar Dr. Ingenieur dengan penilaian summacumlaude dengan angka rata-rata 10 dari Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachean.
Belum lagi penemuan beliau tentang pemecahan persoalan penstabilan konstruksi di bagian ekor pesawat yang dihadapi oleh Perusahaan HFB (Hamburger Flugzeugbau) yang kini berubah menjadi MBB (Messerschmitt Bolkow Blohm) selama tiga tahun akhirnya dapat diselesaikan oleh Habibie dalam waktu enam bulan.
Sehingga, penemuan-penemuan tersebut diabadikan oleh berbagai pihak yang dikenal dengan teori, faktor dan metode Habibie. Kegigihannya dalam mempertahankan pendapat, baik mengenai program-program penelitian maupun yang lainnya membuahkan hasil baginya. Sehingga pada tahun 1974, beliau sudah diangkat menjadi Wakil Presiden dan Direktur Teknologi MBB. Amanat tersebut merupakan jabatan tertinggi yang diduduki oleh orang asing.
Prestasi-prestasi yang diukir di Jerman bukan kunci keberhasilan dan kejayaan bagi beliau, justru hal tersebut sebagai sarana dalam mempersiapkan diri jika kelak berada di tanah air. Pada umur 28 tahun, ketika itu Habibie belum bisa kembali pulang ke Indonesia justru beliau diberi tugas untuk membina kader-kader bangsa yang sedang mendalami konstruksi pesawat.
Akhirnya, kader-kader tersebut beliau berikan peluang untuk bekerja di MBB melalui prakarsa yang tidak mudah untuk meyakinkan pihak perusahaan dalam menerima 30 orang Indonesia. Saat Habibie dipanggil untuk pulang ke Indonesia, 30 orang tersebut bersama-sama beliau kembali ke tanah air guna menjalankan tugas yang diberikan oleh presiden Suharto.
Kembali ke tanah air
Presiden Suharto langsung memberi instruksi kepada B.J. Habibie untuk merintis IPTN. Bermodalkan semangat dan tekad yang kuat B.J.Habibie berangkat ke luar negeri guna mengajak industri-industri pesawat terbang lainnya untuk bekerjasama. Di dalam usahanya itu, tantangan besar siap dihalau. Bahkan tamparan keras dirasakan ketika akan berunding dengan sebuah industri pesawat terbang di Kanada.
Direktur utama perusahaan menolak untuk bertemu bahkan ketika asisten direktur perusahaan menerimanya, dengan keras mereka menjawab tidak berminat untuk bekerja sama dengan Indonesia dan yang perlu dimengerti oleh anda membangun industri pesawat terbang itu tidak mudah Habibie seharusnya semua mengerti. Dengan kata lain, bangsa Indonesia tidak akan becus membuat pesawat terbang. Karena itu jangan bermimpi.
Tidak ada usaha tanpa hasil didunia ini, akhirnya beliau mendapatkan mitra yaitu CASA Spanyol yang setuju bekerjasama dalam pembuatan NC 212 Aviocar berbaling-baling ganda. Kemudian berdasarkan pengalamannya di Eropa, beliau berhasil membuat persetujuan dengan MBB untuk membuat Helikopter BO-105 dan sebagainya.
Menaiki jenjang karier di Indonesia banyak prestasi yang beliau raih, diantaranya: memimpin industri IPTN, guru besar bidang konstruksi pesawat terbang di ITB, menjadi Menteri Riset dan Teknologi, Wakil Presiden RI, Presiden RI, ketua ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia), pemimpin umum The Habibie Center, dan masih banyak prestasi beliau yang diukir baik nasional maupun Internasional.
Beliau bagaikan mendayung diantara gelombang, kritik positif maupun tidak membangun tiada henti. Namun apakah kata? Tiada orang yang sempurna didunia ini, maka tikaman dan hujatan beliau hadapi dengan tenang serta tabah.
Masa Kepresidenan
Habibie mewarisi kondisi kacau balau pasca pengunduran diri Soeharto akibat salah urus di masa orde baru, sehingga menimbulkan maraknya kerusuhan dan disintegerasi hampir seluruh wilayah Indonesia. Segera setelah memperoleh kekuasaan Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi.
Pada era pemerintahannya yang singkat ia berhasil memberikan landasan kokoh bagi Indonesia, pada eranya dilahirkan UU Anti Monopoli atau UU Persaingan Sehat, perubahan UU Partai Politik dan yang paling penting adalah UU otonomi daerah. Melalui penerapan UU otonomi daerah inilah gejolak disintergrasi yang diwarisi sejak era Orde Baru berhasil diredam dan akhirnya dituntaskan di era presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tanpa adanya UU otonomi daerah bisa dipastikan Indonesia akan mengalami nasib sama seperti Uni Soviet dan Yugoslavia.
Di bidang ekonomi, ia berhasil memotong nilai tukar rupiah terhadap dollar masih berkisar antara Rp 10.000 – Rp 15.000. Namun pada akhir pemerintahannya, terutama setelah pertanggungjawabannya ditolak MPR, nilai tukar rupiah meroket naik pada level Rp 6500 per dolar AS nilai yang tidak akan pernah dicapai lagi di era pemerintahan selanjutnya. Selain itu, ia juga memulai menerapkan independensi Bank Indonesia agar lebih fokus mengurusi perekonomian.
Salah satu kesalahan yang dinilai pihak oposisi terbesar adalah setelah menjabat sebagai Presiden, B.J. Habibie memperbolehkan diadakannya referendum provinsi Timor Timur (sekarang Timor Leste), ia mengajukan hal yang cukup menggemparkan publik saat itu, yaitu mengadakan jajak pendapat bagi warga Timor Timur untuk memilih merdeka atau masih tetap menjadi bagian dari Indonesia.
Pada masa kepresidenannya, Timor Timur lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menjadi negara terpisah yang berdaulat pada tanggal 30 Agustus 1999. Lepasnya Timor Timur di satu sisi memang disesali oleh sebagian warga negara Indonesia, tapi disisi lain membersihkan nama Indonesia yang sering tercemar oleh tuduhan pelanggaran HAM di Timor Timur.
Kasus inilah yang mendorong pihak oposisi yang tidak puas dengan latar belakang Habibie semakin giat menjatuhkan Habibie. Upaya ini akhirnya berhasil dilakukan pada Sidang Umum 1999, ia memutuskan tidak mencalonkan diri lagi setelah laporan pertanggungjawabannya ditolak oleh MPR.
Pandangan terhadap pemerintahan Habibie pada era awal reformasi cenderung bersifat negatif, tapi sejalan dengan perkembangan waktu banyak yang menilai positif pemerintahan Habibie. Salah pandangan positif itu dikemukan oleh L. Misbah Hidayat Dalam bukunya Reformasi Administrasi: Kajian Komparatif Pemerintahan Tiga Presiden.
Visi, misi dan kepemimpinan presiden Habibie dalam menjalankan agenda reformasi memang tidak bisa dilepaskan dari pengalaman hidupnya. Setiap keputusan yang diambil didasarkan pada faktor-faktor yang bisa diukur. Maka tidak heran tiap kebijakan yang diambil kadangkala membuat orang terkaget-kaget dan tidak mengerti.
Bahkan sebagian kalangan menganggap Habibie apolitis dan tidak berperasaan. Pola kepemimpinan Habibie seperti itu dapat dimaklumi mengingat latar belakang pendidikannya sebagai doktor di bidang konstruksi pesawat terbang. Berkaitan dengan semangat demokratisasi, Habibie telah melakukan perubahan dengan membangun pemerintahan yang transparan dan dialogis. Prinsip demokrasi juga diterapkan dalam kebijakan ekonomi yang disertai penegakan hukum dan ditujukan untuk kesejahteraan rakyat. Dalam mengelola kegiatan kabinet sehari-haripun, Habibie melakukan perubahan besar.
Ia meningkatkan koordinasi dan menghapus egosentisme sekotral antarmenteri. Selain itu sejumlah kreativitas mewarnai gaya kepemimpinan Habibie dalam menangani masalah bangsa. Untuk mengatasi persoalan ekonomi, misalnya, ia mengangkat pengusaha menjadi utusan khusus. Dan pengusaha itu sendiri yang menanggung biayanya. Tugas tersebut sangat penting, karena salah satu kelemahan pemerintah adalah kurang menjelaskan keadaan Indonesia yang sesungguhnya pada masyarakat internasional. Sementara itu pers, khususnya pers asing, terkesan hanya mengekspos berita-berita negatif tentang Indonesia sehingga tidak seimbang dalam pemberitaan.
Walaupun sibuk dengan urusan bangsa, organisasi dan keluarga, namun nilai-nilai spiritual tetap harus didepankan. Beliau tidak pernah lupa sholat lima waktu, sesekali shalat tahajjud, puasa Senin-Kamis serta menunaikan ibadah haji. Selama di rantau dalam keadaan rindu kepada Tuhan, di manapun tidak memilih tempat, ia berhenti untuk berdoa. Beliau ingat dengan ayahnya yang saleh. Beliau biasa membawa tasbih kemanapun berada. Karena ibadah spiritual merupakan charge (mengisi tenaga) dan secara biologis hal itu berarti menambah kalori dan energi.
Masa Pasca Kepresidenan
Setelah ia turun dari jabatannya sebagai presiden, ia lebih banyak tinggal di Jerman daripada di Indonesia. Tetapi ketika era kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono, ia kembali aktif sebagai penasehat presiden untuk mengawal proses demokratisasi di Indonesia lewat organisasi yang didirikannya Habibie Center.
Dibandingkan dengan para mantan presiden sebelum era Susilo Bambang Yudhoyono, Habibie memperoleh nama harum di kalangan generasi muda pasca reformasi. Hal ini disebabkan bahwa ia mungkin adalah satu-satunya presiden dalam sejarah yang memegang negara yang mengalami disintergrasi parah, birokrasi yang bobrok dan militer yang mentalnya rendah tapi berhasil menyelamatkan negara tersebut dan memberi fondasi baru yang kokoh bagi penerusnya. Memang pada masa Habibie Indonesia harus melepas Timor Timur, tetapi ia berhasil mempertahankan wilayah eks Hindia Belanda tetap bersatu dalam Republik Indonesia.
BJ Habibie Yang Sangat Mencintai Istrinya
Jika sampai waktunya
Tugas kami di Alam Dunia dan di Alam Baru selesai
Tempatkanlah kami Manunggal di sisiMu
Karena Cinta Murni, Suci, Sejati, Sempurna dan Abadi
Dalam “Raga” yang Abadi, sibangun Ainun Manunggal dengan saya sesuai kehendakMU di Alam Baru sepanjang masa
Jiwa, Roh, Batin, “Raga” dan Nurani kami, Abadi sampai Akhirat
Buku ini berisi kisah dan pengungkapan cinta Seorang Habibie pada almarhumah istrinya yakni Hasri Ainun Habibie yang meninggal 23 Mei 2010 lalu. Buku Habibie & Ainun ini dibuat untuk mencurahkan perasaan Habibie yang mengaku walau pun sudah ikhlas tapi Ia tidak bisa membohongi diri bahwa Ia masih terpukul pasca ditinggalkan Ainun.
Itu adalah kutipan dari buku yang dibuat oleh NJ Habibie sebai bentuk ungkapan cintanya kepada istrinya.
Manunggal Jiwo adalah kata yang selalu diungkapkan untuk menggambarkan kerekatan lahir dan batin antara Bacharuddin Jusuf Habibie dengan sang istri, Hj. Hasri Ainun Habibie. Sepanjang membaca buku Habibie dan Ainun ini memang terasa sekali kedalaman cinta dari Pak Habibie kepada istrinya. Banyak ungkapan yang selalu didengungkan beliau tentang betapa bahagia dan beruntungnya mendapatkan istri yang selalu diliputi kesabaran dan tanggung jawab
Buku kisah cinta Habibie dan Ainun ini bercerita berbagai kisah cinta yang menarik antara Pak Habibie dan Ibu Ainun dalam rentang waktu kebersamaannya dengan sang isteri selama 48 tahun 10 hari hingga maut memisahkan.
Dari perkenalannya hingga kesehariannya mengarungi bahtera rumah tangga, dari ceritanya bahwa Ainunlah yang selalu mencukur rambut Habibie hingga puisi cinta dan doa cinta Habibie dan Ainun. “Saya yakin revolusi kehidupan itu telah diatur oleh Allah. Ainun selalu ada di hati saya,” ucap Habibie disela peluncuran buku Habibie dan Aiunun ini di Jakarta 30 November 2010 kemarin.
Dari perkenalannya hingga kesehariannya mengarungi bahtera rumah tangga, dari ceritanya bahwa Ainunlah yang selalu mencukur rambut Habibie hingga puisi cinta dan doa cinta Habibie dan Ainun. “Saya yakin revolusi kehidupan itu telah diatur oleh Allah. Ainun selalu ada di hati saya,” ucap Habibie disela peluncuran buku Habibie dan Aiunun ini di Jakarta 30 November 2010 kemarin.
Pak Habibie yang merupakan tokoh favorit saya ini menikah dengan Ibu Ainun pada tanggal 12 Mei 1962. Ibu Ainun meninggal tepat sepuluh hari setelah mereka merayakan ulang tahun perkawinan ke 48. Sang professor setia disampingnya hingga sang permaisuri menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit Ludwig Maximilian University (LMU) Muenchen, Jerman (lihat pada foto)
Buku setebal 335 halaman ini ditulis selama 4 bulan kurang 5 minggu. Habibie mengatakan pembuatan buku ini didasarkan pada kecintaannya terhadap Ainun. Kesedihannya yang mendalam atas kepergian Ainun sempat membuat psikisnya terganggu, maka ide membuat buku ini kemudian muncul untuk mencurahkan perasaannya.
Kisah cinta Pak Habibie yang diantaranya dituangkan dalam buku ini bisa menjadi refleksi atau pelajaran serta inspirasi bagi kita semua, terutama bagi yang ingin belajar bagaimana menjadi suami dan istri yang baik serta bagaimana membangun keluarga ideal terbaik Indonesia.
Sebelum buku Habibie & Ainun, pada tahun 2006 Pak BJ Habibie sudah meluncurkan sebuah buku fenomenal yakni ‘Detik-Detik yang Menentukan: Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi’ – buku berisi kisah perjalanan politik Habibie.
Kesimpulannya,
Perjalanan hidup B.J.Habibie tidak selalu lurus dan indah, namun ibarat mendayung di antara ribuan orang pintar pastilah ada cobaan, tikaman dan hujatan dari orang lain melalui kritik positif maupun yang tidak membangun. Namun, semuanya beliau atasi dengan tenang serta ibadah spiritul sebagai charge dalam hidup. Dan, berbakti kepada kedua orang tua bagi beliau merupakan kunci kesuksesan utama yang membawa beliau kejenjang kesuksesan dan prestasi baik tingkat dunia maupun Internasional.
Tidak ada komentar:
Write komentar