Sabtu, 21 Juli 2012

Fatmawati


Ada sosok wanita cerdas yang berada dibalik kesuksesan seorang pria. Begitu pula peran dan jasa-jasa proklamator RI Soekarno juga tidak lepas dari peran serta sang istri. 


Fatmawati adalah istri dari Presiden Indonesia pertama Soekarno. Ia menjadi Ibu Negara Indonesia pertama dari tahun 1945 hingga tahun 1967 dan merupakan istri ke-3 dari Presiden Pertama Indonesia, Soekarno.

Fatmawati merupakan wanita kelahiran Pasar Padang , Bengkulu pada 15 Februari 1923. Fatmawati lahir dari pasangan Hassan Din dan Siti Chadijah.Orang tuanya merupakan keturunan Puti Indrapura, salah seorang keluarga raja dari Kesultanan Indrapura, Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Ayahnya merupakan salah seorang tokoh Muhammadiyah di Bengkulu.

Ia menempuh pendidikan dasarnya di HIS (Hollandsch Inlandsche School) dan kemudian melanjutkan pendidikan kesekolah kejuruan yang dikelola oleh sebuah organisasi Katolik.


Perkenalannya dengan Bung Karno berawal ketika tokoh pergerakan itu dipindahkan oleh Pemerintah Belanda ke Bengkulu dari tempat pengasingannya di Flores, Nusa Tenggara Timur. Dikota itu Bung Karno mengabdi sebagai seorang guru dan menjadi anggota Muhammadiyah. Saatitu Fatmawati menjadi salah satu muridnya.

Pada tanggal 1 Juni 1943, Fatmawati menikah dengan Soekarno, yang kelak menjadi presiden pertama Indonesia. Sebelum menikah Bung Karno terlebih dahulu menceraikan istrinya saat itu Ibu Inggrit Ganarsih secara baik-baik dan masih tetap membantu kehidupan Inggit.


Dari pernikahan itu, ia dikaruniai lima orang putra dan putri, yaitu Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Dyah Permana Rachmawati Soekarnoputri, Dyah Mutiara Sukmawati Soekarnoputri, dan Guruh Irianto Soekarnoputra.

Fatmawati juga dikenal akan jasanya dalam menjahit Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih yang turut dikibarkan pada upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945.

Air matanya mengalir seketika dengan penuh kebanggan tatkala pandangannya menuju kelangit menyaksikan benderamerah putih yang dijahitnya berkibar di bumi pertiwi. Ia tidak menyangka bahwa hasi karyanya akan menjadi kenangan bersejarah bagi bangsa Indonesia.

Pada akhirnya Fatmawati berpisah dengan Bung Karno. Ia meminta untuk dikembalikan kepada orang tuanya. Mereka berpisah karena Soekarno ingin menikahi seorang wanita bernama Hartini. Meski hatinya hancur, ia tetap bisa memahami keinginan Bung Karno.

Berpegang dengan prinsipnya, Fatmawati memilih untuk meninggalkan Bung Karno. Poligami dimata Fatmawati  menginjak injak Martabat seorang wanita. Oleh karena itu ia memilih untuk berpisah apapun konsekuensinya walaupun saat itu Bung Karno masih sangat mencintainya.
Setelah berpisah dengan Bung Karno ia meminta dicarikan sebuah rumah. Akhirnya ia menempati sebuah pavilion di jalan Sriwijaya berdekatan dengan Masjid Baitul Rachim. Istana Negara yang selama ini menjadi tempat tinggalnya pun ditinggalkan untuk menuju tempat tinggal dan kehidupannya yang baru.

Hasil keterampilan dan usahanya sendiri dikemudian hari membuat Fatmawati akhirnya dapat membeli rumah di jalan Sriwijaya. Putra dan putrinya tetap tinggal di Istana Negara dan Fatmawati  tinggal seorang diri dirumah itu.

Fatmawati menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 14 Mei 1980 di General Hospital Kuala Lumpur usai menunaikan ibadah umroh di Mekkah. Ia terkena serangan jantung saat pesawat yang ditumpanginya singgah di Kuala Lumpur sebelum melanjutkan perjalanan ke Jakarta. Jenazahnya dikebumikan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Karet, Jakarta.

Mantan ibu Negara ini menjadi sosok wanita yang patut diteladani karena kegigihannya dalam mempertahankan prinsip. Ketika menjalankan perannya sebagai seorang ibu, ia mendidik anak-anaknya dengan penuh kasih sayang. Begitu pula ketika berperan menjadi istri seorang pemimpin seperti Bung Karno, ia jalankan dengan penuh dedikasi dan loyalitas.


Sebagai perempuan yang anti poligami, ia memegang prinsip bahwa poligami hanya akan merendahkan martabat seorang wanita. Karena teguh berpegang dengan prinsipnya itulah ia rela hidup dalam kesendirian dan membuktikan pada semua orang bahwa ia adalah sosok perempuan mandiri.

Atas jasa-jasanya pada Negara, Ibu Hj. Fatmawati diberi gelar Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden Republik Indonesia No.118/TK/Tahun 2000 tanggal 4 November 2000.

Tidak ada komentar:
Write komentar